Suaramediaindonesia.com | Senin, 1 November 2021.
ROMA | PERUBAHAN iklim tetap menjadi isu paling strategis dalam KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa penanganan climate change harus mengedepankan kerja sama. Bukan saling menyalahkan.
”Indonesia ingin G20 memberikan contoh, Indonesia ingin G20 memimpin dunia, dalam bekerja sama mengatasi perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata,” kata Presiden Jokowi ketika berbicara dalam KTT G20 sesi II dengan topik Perubahan Iklim, Energi, dan Lingkungan Hidup.
|Penanganan perubahan iklim, kata Jokowi, harus sinergi dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs).
“Saya paham, sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki arti strategis dalam menangani perubahan iklim. Posisi strategis tersebut kami gunakan untuk berkontribusi. Deforestasi di Indonesia dapat ditekan ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Indonesia telah melakukan rehabilitasi 3 juta hektare critical land pada 2010-2019,” kata Jokowi.
Indonesia telah menargetkan Net Sink Carbon (penyerapan bersih) untuk sektor lahan dan hutan selambat-lambatnya tahun 2030 dan ”Net Zero” di tahun 2060 atau lebih cepat. Kawasan Net Zero mulai dikembangkan termasuk pembangunan Green Industrial Park di Kalimantan Utara seluas 13.200 hektare, yang menggunakan energi baru terbarukan dan menghasilkan green product.
PERTEMUAN bilateral Presiden Jokowi dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Foto:Eliot BLONDET / POOL / AFP)
Pemulihan Ekonomi Dunia
Vaksinasi Covid-19 saat ini belum merata di seluruh dunia. Indonesia termasuk yang beruntung karena vaksinasi di beberapa kota besar sudah melebihi 100 persen. Ada negara yang capaian vaksinasinya baru 3 persen.
Dalam KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia, para pemimpin membahas upaya bersama untuk keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19, baik krisis kesehatan maupun krisis ekonomi. Mereka sepakat tentang pentingnya mencapai strategi global vaksinasi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
”Para leader juga menyampaikan pandangan perlunya melakukan vaksinasi 40 persen pada akhir 2021, 70 persen pada pertengahan 2022. Ini sebenarnya adalah global strategy yang diberikan oleh WHO yang didukung oleh para leader dari G20,” ujar Menlu Retno Marsudi dalam keterangannya di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia, kemarin WIB.
Persoalan akses vaksin yang tidak merata juga dibahas di forum tersebut. Menkeu Sri Mulyani menyampaikan, rata-rata di negara miskin, capaian vaksinasinya kurang dari 6 persen. Hal ini ikut menghambat pemulihan ekonomi global.
Problem lainnya dalam pemulihan ekonomi adalah terjadinya inflasi kenaikan energi dan disrupsi dari suplai. Menurut Menkeu, hal tersebut terjadi di seluruh negara yang pemulihan ekonominya sangat cepat namun mengalami komplikasi dalam bentuk kenaikan harga energi dan disrupsi suplai.
”Artinya apa? Waktu permintaan pulih dengan cepat dan kuat, ternyata suplainya tidak mengikuti,” imbuhnya.
PRESIDEN Joko Widodo didampingi Menko Marves Luhut Pandjaitan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menlu Retno Marsudi bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. (Foto: Laily RE-Setpres)
Disepakati akan ada joint finance health task force atau satuan kerja antara menteri keuangan dan menteri kesehatan di bawah G20 yang tujuannya adalah untuk menyiapkan prevention, preparedness, dan response atau PPR dari pandemi.
”Task force ini dipimpin oleh Menteri Keuangan Indonesia dan Italia. Indonesia sebagai tuan rumah atau presidensi mulai Desember dan Italia yang sekarang ini menjadi presidensi,” ujar Sri Mulyani.
Di Roma, Presien Jokowi juga mengadakan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara. Mereka adalah PM Australia Scott Morrison, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Para pemimpin mendukung Indonesia sebagai presidensi G20 yang dimulai 1 Desember 2021.
Narasumber : Tomy C. Gutomo. Pewarta : SIH Mirmanto. Editor Redaksi : Liesna Ega.