JAKARTA | Rupanya hawa kejumudan kota Depok yang hampir 20 tahun dikuasai PKS akhirnya berjumpa dengan harapan baru. PSI menyodorkan figur muda sebagai bakal calon walikota. Tiba-tiba sebuah baliho besar terpampang di jalan utama, Margonda Raya, “PSI Menang, Kaesang Walikota” begitu pesannya.
Pernyataan PSI tanpa tedeng aling-aling, lewat Wakil Ketua PSI Depok, Icuk Pramana Putra bilang, “Kalau PKS kerjanya benar tak mungkin kami hadirkan Kaesang untuk menjadi harapan perubahan untuk Depok. Banyak masyarakat Depok kecewa dengan kepemimpinan PKS.”
Akumulasi persoalan membuat warga Depok pening, soal kemacetan yang audzubillah itu diberi solusi oleh Walikotanya dengan memutar lagu-lagu ciptaannya sendiri selama warga berhenti di lampu merah lalu lintas. Entah bagaimana logikanya.
Juga soal sampah kota yang baunya tak tertandingi oleh maraknya toko parfum KW, sampai soal lampu penerangan jalan yang tak nyala di malam hari.
Beriringan dengan gelapnya lampu jalanan, cerita-cerita horor pun muncul di Depok, macam cerita kuntilanak, babi ngepet dan lain sebagainya. Kota religius yang aneh sekali perkembangannya.
City planning (perencanaan kota) serta tata kota yang nyatanya semakin semrawut dirasakan warga, pasti ada yang salah. Kalau kita naik KRL (Kereta Rel Listrik) dari Stasiun Manggarai Jakarta menuju Stasiun Depok, keluarnya pun melewati kekumuhan pasar barulah sampai ke jalan besar, itu pun macet.
Sudahlah, kembali ke soal baliho yang bikin heboh itu. Sampai-sampai Hidayat Nur Wahid (Wakil Ketua Majelis Syura PKS) merasa perlu mengomentari. Ia menilai Kaesang belum punya rekam jejak menjadi pejabat, khususnya di Kota Depok. Sehingga dianggapnya aneh jika tiba-tiba Kaesang maju sebagai kepala daerah.
Persisnya dikatakan, “Beliau bukan orang Depok, bukan orang PKS dan enggak punya track record di Depok, aneh juga tiba-tiba ke Depok.”
Yah, wajar saja PKS gusar, karena selama ini dianggapnya Depok sebagai basis politiknya. Sudah hampir 20 tahun mereka berkuasa di sana. Sekarang tiba-tiba PSI merangsek dengan usulan yang nota-bene dirasa “mengancam” status-quo.
Tentu PSI supaya bisa mengusung calon Walikota mesti bisa memenangkan kursi yang cukup di DPRD Kota Depok dalam Pileg (Pemilihan Legistatif) pada 14 Februari 2024. Kebetulan harinya bersamaan dengan Pilpres (Pemilihan Presiden).
Menurut Undang-Undang Pilkada, “Partai Politik atau gabungan Partai Politik dapat mendaftarkan pasangan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20% dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau 25% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang bersangkutan.”
Maka PSI mesti berjuang agar perolehan kursinya cukup, dan atau mampu untuk menggalang koalisi nantinya. Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak nanti akan diselenggarakan setelah DPRD hasil Pileg tanggal 14 Februari 2023 selesai, yaitu pada tanggal 27 November 2024 (hari Rabu). Jadi ada jeda waktu sekitar 9 bulan lebih.
Dan sejak sekarang (Juni 2023) menuju Pileg (14 Februari 2024) ada waktu sekitar 8 bulan lebih untuk bersiasat bagi PSI dan warga Depok demi memenangkan para Caleg PSI agar nantinya bisa memberi harapan baru bagi Depok.
Bagi warga Depok yang berharap ada pembaharuan, sekarang ada yang menawarkan pembaharuan itu.
Pada tanggal 1 Juni 2023 telah dideklarasikan relawan Kaesang Sang Menang, warga yang ingin Depok merdeka dari PKS diajak bergabung.
NARASUMBER: Andre Vincent Wenas*,MM,MBA. Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta. & *Susy Rizky Wiyantini*,SISIP. Caleg DPR-RI dari Partai Solidaritas Indonesia, Dapil Jabar VI (Kota Bekasi & Kota Depok). PEWARTA /EDITOR RED: LIESNAEGA.