Suaramediaindonesia.com | Minggu, 5 Desember 2021.
BOYOLALI | Upaya menyejahterakan masyarakat, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI melaksanakan sosialisasi Advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang Program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) bersama mitra kerja di Kabupaten Boyolali, Sabtu (4/12/2021).
Kegiatan ini bertempat di Sekretariat IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali. Hadir dalam acara tersebut Anggota Komisi IX DPR RI Muchamad Nabil Haroen, Direktur KIE BKKBN Pusat Eka Sulistiya Ediningsih, Ketua IBI Kabupaten Boyolali Sri Haryanti, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dr. Puji Astuti, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Kabupaten Boyolali Insan Adi Asmono, dan Anggota DPRD Kabupaten Boyolali Susetya Kusuma.
Dalam kesempatan itu, Ketua IBI Kabupaten Boyolali Sri Haryanti, mengucapkan terimakasihnya kepada semua pihak yang telah mengadakan acara sosialisasi ini.
“Terimakasih atas kerjasama ini. Kami siap mendukung penuh program yang dilaksanakan oleh BKKBN Pusat ini untuk pencegahan stunting di Kabupaten Boyolali,” ujarnya.
Dilanjutkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dr. Puji Astuti, ia menjelaskan bahwa stunting adalah masalah gizi yang hampir dapat ditemui di semua wilayah Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten Boyolali.
“Sebanyak 5.665 balita mengalami stunting dari total 63.576 balita di Kabupaten Boyolali. Angka kasus stunting di Boyolali terhitung masih dalam zona aman yaitu 8,9 %. Capaian ini sudah lebih baik dari tingkat nasional,” paparnya.
Meski demikian, tambah Puji, Kabupaten Boyolali tetap giat menggalakkan upaya intervensi gizi baik secara spesifik maupun sensitive.
“Salah satu upaya intervensi gizi sensitive yang kami laksanakan yaitu rembug stunting,” ucapnya.
Disisi lain, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Kabupaten Boyolali Insan Adi Asmono mengatakan, kasus stunting tak hanya persoalan pemerintah saja, melainkan peran masyarakat juga sangat penting untuk mengentaskan masalah stanting ini.
Menurutnya, yang paling menentukan ialah sejak usia kehamilan 1-1000 hari, sehingga usia ibu sangat berpengaruh pada bayi untuk menghindari anak dari stunting.
“Pernikahan dini juga sangat rentan terjadinya perceraian. Untuk itu, lakon Ontoseno Kromo ini tepat untuk mengedukasi masyarakat pentingnya kesiapan calon pengantin,” tuturnya.
Hal senada juga diucapkan oleh Anggota DPRD Kabupaten Boyolali, Suserya Kusuma. Ia menyampaikan bahwa kasus stunting menjadi perhatian bersama pemerintah dan masyarakat.
“Kami berharap sosialisasi yang dilakukan pemerintah seperti ini, benar-benar diterapkan di kehidupan masyarakat,” harapnya.
Ditempat yang sama, Direktur KIE BKKBN Puat Eka Sulistiya Ediningsih mengatakan, akan menargetkan pada 2024 dapat menekan kasus stunting hingga pada level angka 14%.
“Karena di tahun 2019 angka stunting di Indonesia masih 27,67%. Jumlah ini masih lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu kurang dari 20%,” ujarnya.
Eka mengakui dari tahun 2015 hingga tahun 2019, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di periode itu rata-rata penurunan stunting per tahun hanya kurang lebih 0,5%.
Menurutnya, berbagai langkah sudah dilakukan BKKBN. Mulai dari pemetaan dan pendampingan kepada keluarga-keluarga yang berisiko stunting, tahapan pra nikah, masa kehamilan, dan pasca persalinan manjadi pekerjaan rumah semua pihak.
“Pada dasarnya, stunting ini amanah bagi kita semua. Maka yang menjadi PR bagi kita semua adalah bagaimana mengupayakan terjadinya minset pada masyarakat, membuat masyarakat menjadi sadar bahwa kasus stunting ini bisa terjadi pada siapa saja,” tegasnya.
Lebih lanjut, hal itu bisa saja terjadi kepada anak, keponakan, cucu atau keluarga lainnya. Pada dasarnya semua keluarga berisiko stunting, terutama yang akan menikah, masa kehamilan, dan selesai bersalin.
“Cara untuk merubah minset masyarakat agar sadar bahwa bahaya stunting ini bisa mengancam kita, dengan mengepung khalayak informasi-informasi stunting,” jelas Eka.
Idealnya, kata Eka, pada masa pandemic ini harus diupayakan dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Diusahakan agar masyarakat harus mendengar informasi tentang stunting.
“Kalau kita lakukan seperti itu, setiap tahun harusnya menurun angka stunting kurang lebih 2,5-3 persen,” tutupnya.
Sementara, Anggota DPR RI Komisi IX Muchamad Nabil Haroen menyampaikan, kegiatan kemitraan ini dimaksud untuk mensosialisasikan program penguatan pendataan keluarga.
“Agenda sosialisasi ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting dan mempersiapkan Indonesia di tahun 2045,” ujarnya.
Di saat-saat seperti ini juga, kata Nabil, vaksinasi menjadi tanggung jawab bersama. Tidak hanya pemerintah, akan tetapi seluruh elemen masyarakat.
“Mendekatkan vaksin kepada masyarakat menjadi hal yang wajib,“ tegasnya.
Sekedar informasi, disela acara, Nabil memberikan beberapa doorprize yaitu 1 unit sepeda, 3 kompor gas, 3 Rice Cooker, 3 setrika dan 5 voucher belanja untuk dibagikan kepada 150 peserta yang hadir diacara tersebut. Pembagian doorprize tersebut dibagikan dalam bentuk nomor undian. (Red/*).
Narasumber Pewarta : Syahrul D Arsono. Editor Red : Liesna Ega .