BANDUNG, JAWA BARAT | Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung Erick Darmadjaya mengatakan, terkait kendala pengelolaan sampah di tempat penampungan sementara (TPS) maupun pembuangan akhir (TPA) pihaknya meminta pemerintah kota (Pemkot) Bandung segera mencarikan solusi. Sebab, dia mengaku belum melihat langkah strategis yang dilakukan pemkot dalam mengatasi sampah.
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mendorong agar eksekutif segera mencari solusi jangka panjang, karena katanya, penerapan kebijakan yang sifatnya sementara tidak efektif.
“Biaya yang dikeluarkan juga cenderung tinggi,” ujar Erick, saat ditemui di Gedung DPRD Kota Bandung, Senin (8/5/2023).
Seperti diketahui, Pemerintah Kota Bandung mulai mereaktivasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Cicabe Kelurahan Jatihandap Kecamatan Mandalajati. Hal ini sebagai langkah darurat untuk menangani permasalahan sampah akibat kendala operasional di TPA Sarimukti. Atas kebijakan tersebut Sekretaris Komisi A DPRD Kota Bandung ini memprediksi, penggunaan TPA itu dalam waktu yang tidak terlalu lama diprediksi tidak menyelesaikan masalah tumpukan sampah di TPS.
Prediksi tersebut mengacu pada penggunaan lahan TPA yang dipakai, lalu dikalkulasi dengan volume sampah di Kota Bandung setiap harinya. Mengacu catatan DLH Kota Bandung, volume sampah mencapai 1600 ton per hari.
Sementara sampah yang bisa diangkut rata-rata 700 ton tiap hari. Sisanya, sampah masih menumpuk di TPS. Meski memang harus diakui kata Erick, jumlah sampah yang diangkut itu sudah cukup signifikan dibanding tumpukan sebelumnya.
Kondisi tersebut membuat DLH Kota Bandung sangat tergantung pada umur kesiapan daya tampung TPA Sari Mukti. Di mana yang sebelumnya dapat menampung pengangkutan sampah kota Bandung, kini tidak lebih dari 50 persennya.
“Direncanakan akan mencati lahan baru, saya berpikir kenapa tidak dari dulu,” tukas Erick.
Menyoal mengurangi sampah dari rumah tangga dengan memilahnya untuk dimanfaatkan, Ketua Fraksi PSI-PKB-PPP ini mengatakan, dapat efektif menjadi solusi masalah sampah daripada terus mengandalkan TPA sampah.
“Kita akan tetap berkutat pada tumpukan sampah di TPA dan solusinya mencari lahan baru. Kalau ada masalah di TPA maka tumpukan sampah di TPS akan menggunung. Penekanannya, pengelolaan sampah di hulu sebagai paradigma baru di masyarakat”, ujar Erick.
Dikatakannya, produksi sampah akan terus naik sementara jika hanya menangani sampah, masalah teknis seperti infrastruktur, anggaran dan sumber daya manusia tetap menjadi kendala karena akan selalu tak sebanding. Oleh karena itu, dia mengajak mengefektifkan pengurangan sampah dari rumah tangga.
“Jika pengelolaan di hulu berhasil maka diharapkan dapat menekan biaya penanganan dan masyarakat dapat menghitung nilai ekonomis sampah. Karenanya, revitalisasi peran lingkungan dalam pengelolaan hulu sampah sangat strategis,” terang Erick.
“Yang penting sepaham dulu dan menjembatani niatan ini ke lingkungan lingkungan di kota Bandung, agar sampah dikelola mulai dari hulu”, pungkasnya.
Belajar dari negara berkembang incinerator masih yang terbaik, .kendalanya belum ada mesin incinerator skala kecil yg dijual di pasaran yang lulus uji mutu dan emisi gas masih skala besar kalau ada yg menjual Saya mau membelinya,” tutupnya.
NARASUMBER PEWARTA: BRO ERICK /LIESNAEGA. EDITOR RED LIESNAEGA.