Ris Ariska, M.Pd
(SMP Daarut Tauhiid)
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa Pandemi Covid 19 mempengaruhi berbagai elemen dalam kehidupan. Salah satu hal yang terkena imbasnya adalah proses pembelajaran di sekolah. Dahulu, kegiatan belajara tampak asyik dan menyenangkan tanpa harus resah memikirkan adanya virus covid 19. Baik guru atau siswa dapat dengan leluasa melakukan aktivas apa saja yang mereka ingin lakukan guna tercapainya tujaan pembelajaran. Namun, dengan adanya pandemi, munculah benteng yang sedikit membatasi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Guna mewujudkan salah satu cita-cita bangsa, dalam kondisi apapun pembelajaran harus dapat dilakukan dimana guru sebagai peran utamanya. Beberapa peran guru dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris antara lain sebagai instruktur, fasilititaror, motivator, dan katalisator.
Pertama, guru sebagai instruktur berarti bahwa guru adalah pemberi instruksi. Guru memiliki wewenang untuk memberikan perintah apapun kepada siswa untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan proses belajar. Sebagai contoh, dalam mengajarakan Bahasa Inggris tentang perkenalan diri, guru dapat memberi intruksi pada siswa agar mendengarkan sebuah percakapan yang diucapkan oleh native speaker dengan seksama lalu memerintahkan mereka untuk meniru percakapannya. Hal ini mungkin dapat membuat siswa lebih mudah menggapai kefasihan dalam berbicara. Pemberian instruksi sangat penting dilakukan agar siswa tahu apa yang harus mereka lakukan. Namun, terlepas dari kejelasan instruksi, guru sangat dianjurkan untuk selalu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum meminta siswa melakukan sesuatu. Sebab, bila instruksi diberikan tanpa ketersediaan contoh, siswa mungkin saja ragu dan bertanya-tanya apakah yang mereka lakukan sesuai dengan intruksi guru atau tidak. Disamping itu, mengingat pembelajaran harus tetap patuh pada prokes, contoh dan instruksi yang diberikan cukup dilakukan dengan lisan tanpa adanya kontak fisik atau gerakan massif.
Kedua, guru sebagai fasilitator yakni berperan untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan berbagai media belajar seperti flash card, video, audio, story book, realia ataupun digital platform seperti Quizzis dan Wordwall guna mempermudah siswa memahami materi ajar. Dengan memanfaatkan media-media tersebut, guru hanya perlu memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menggunakannya atau memainkannya tanpa harus terjun secara langsung. Hal yang harus benar-benar diperhatikan sebelum memfasilitasi siswa dengan salah satu media tersebut adalah membuat persiapan matang. Sebagai contoh, bilamana guru ingin mengajarakan vocabulary kepada siswa, maka wordwall dapat dipakai. Guru harus men-set up vocab apa saja yang ingin dimunculkan dalam platform tersebut sesuai dengan konteks pembelajaran. Persiapkan juga arti atau definisi dari setiap vocab agar guru lebih siap menjawab pertanyaan jika sewaktu-waktu ada siswa yang menanyakannya. Disamping itu, jika hendak memberikan pelayanan belajar kepada siswa, tidak cukup hanya mempersiapkan satu rencana saja. Kenapa? Untuk mengindari kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak diharapkan terjadi. Misal, platform tiba-tiba tidak dapat digunakan karena gangguan koneksi internet atau sedang menonton film seketika mati lampu, guru harus adaptif dan bergegas mengeluarkan senjata lain untuk melanjutkan peperangan. Dalam kondisi pandemi yang membuat siswa tidak boleh beraktifitas secara kelompok, guru sebaiknya memfasilitasi siswa secara individu. Guru dapat memberikan kebebasan pada siswa untuk mengakses media belajar melalui gadget masing-masing.
Ketiga, guru berperan sebagai motivator. Sesuai dengan namanya, motivator berarti seseorang yang memerikan motivasi. Hal ini dapat dikatakan sebagai sunnah yang dianjurkan dalam dunia pendidikan sebab jika guru berhasil memotivasi siswa untuk belajar atau menguasi suatu bidang ilmu maka ia mungkin akan mempelajarinya dengan baik. Tak terkelakan, seringkali siswa berkata bahwa Bahasa Inggris itu susah, pusing untuk dipelajari, dan tidak mudah untuk dimengerti. Untuk mengatasi hal itu, guru harus mematahkan paradigma tersebut dengan berbagai cara. Misalnya, menunjukan bukti orang-orang yang telah berhasil menguasai Bahasa Inggris setelah berjuang mati-matian belajar secara otodidak ataupun di tempat les, menjelaskan keuntungan-keuntungan yang mungkin didapat jika seseorang dapat berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, dan menggambarkan peluang karir yang lebih luas. Apalagi di masa pandemi seperti ini, guru dapat mengaitkan kondisi terkini dan kebiasan baru dimana mengajar Bahasa Asing (Inggris) secara online menjadi trend yang cukup menjamur dikalangan anak muda yang dapat dijadikan peluang usaha sembari mengamalkan ilmu. Dengan demikian, motivasi guru diharapkan dapat meningkatkan keingintahuan siswa dan partisifasi aktif mereka dalam kegiatan belajar Bahasa Inggris.
Keempat, guru berperan sebagai katalisator yakni dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa. Setiap orang memiliki keunikan dan bakat masing-masing. Kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Inggris yakni bahwa bakat yang dimiliki siswa berada. Ada yang bagus pada kemampuan listening, speaking, reading, atau writing. Guru dapat mengenali potensi mereka melalui tes ke 4 skills tersebut. Bilamana sudah ditemukan hasilnya, guru dapat mengarahkan siswa untuk mendalami skil-skil tersebut melalui keterlibatan dalam proyek. Misalnya, siswa dengan kemampuan reading dan writing dapat diberi tugas untuk menulis cerita pendek dalam Bahasa Inggris, sementara siswa dengan skil listening dan speaking dapat dilibatkan dalam project pembuatan Vlog Bahasa Inggris. Kegiatan ini cukup menarik dan tentu saja menantang untuk dilakukan di masa pandemi seperti ini. Selain dapat memberikan nuansa baru bagi guru dan siswa, diharapkan peran guru ini membantu siswa mengenali diri mereka sendiri.
Singkatnya, guru memiliki peran penting yang menjadi tumpuan utama dalam kegiatan belajar mengajar pada mapel Bahasa Inggris. Dengan adanya peran guru sebagai instruktur, fasilititaror, motivator, dan katalisator, siswa diharapkan mampu belajar secara efektif dan efisien dengan tetap memperhatikan hal-hal yang harus disesuaikan dalam aktivitas belajar di masa pandemi Covid 19 ini.
Penulis: Ris Ariska, M.Pd – Pewarta: Dadang A. Sapardan –Editor Redaksi: Liesna Ega