Suaramediaindonesia.com | Minggu, 5 Desember 2021.
BIMA – NTB | Reza Ardiansyah (21 tahun), seorang buruh pasir yang menjadi korban penembakan polisi pada saat aksi blokir jalan merupakan anak yatim. Dia terkena tembakan yang diduga dilakukan aparat kepolisian saat menjaga kuda dibelakang rumahnya pada Sabtu, 4/12/2021.
“Dia menjaga kuda agar tidak lari keluar di kandang, begitu korban mendengarkan suara tembakan polisi langsung keluar rumah menuju kandang kuda. Kok dia ditembak apa salahnya”, jelas Ahmad, yang merupakan Paman korban.
Lanjutnya, korban lari keluar rumah bukan ikut bergabung dengan masayarakat tani yang bentrok. Namun korban keluar rumah hanya ingin mengamankan kuda di kandangnya.
“Sempat ibu korban bilang sama diduga oknum yang melakukan penembakkan. Jangan tembak kita pak, namun oknum tersebut tetap menembak kearah anaknya”, ujar Ahmad.
Buntut aksi penembakan anak yatim ini menjadi sorotan keras aktivis desa Bolo karena penembakan ini diduga murni pelanggaran HAM menurutnya.
Rizki selaku aktivis desa Bolo mengutuk keras terhadap sikap arogansi yang dilakukan oleh oknum polisi yang menembak anak yatim tersebut. Bahkan dirinya meminta Kapolda NTB agar segera memproses Kapolres Bima kerena diduga tidak mampu mengamankan anggotanya.
“Kenapa dia menjadi korban penembakan pada hal dia tidak tau apa – apa. Maka kami minta Kapolda NTB seger proses Kapolres Bima, bila perlu copot jabatannya”, ujarnya.
Rizki menjelaskan, sebelum terjadi bentrok polisi dengan warga, ada masyarakat tani yang melakukan pemblokiran jalan terkait masalah pupuk yang dijanjikan akan disalurkan hari ini.
“Masyarakat blokir jalan karena pupuk yang dijanjikan belum juga disalurkan untuk para petani jagung desa Bolo. Masyarakat menunggu dari pagi sampai siang pupuknya belum juga disalurkan, masyarakat kecewa dan melakukan pemblokiran jalan”, terangnya.
Pada saat pemblokiran jalan, masyarakat tani dan pihak kepolisian melakukan negosiasi agar jalan di buka. Masyarakat membuka jalan sesuai arahan kepolisian karena sudah ada pupuk untuk disalurkan ke desa Bolo.
“Upaya negosiasi aparat kepolisian dan masyarakat tani berjalan dengan baik, bahkan salah satu pengecer pupuk bertanggungjawab sepenuhnya terhadap masayarakatnya. Mau masyarakat mengambil pupuk diatas mobil tidak menjadi masalah yang jelas pupuk sudah dibayar di distributornya dan pengecernya sudah bertanggung sepenuhnya, persoalan pembayaran pihak pengecer akan menagih kepada masyarakat yang mengambil pupuk, kita juga mendengarkan bersama bahwa masyarakat begitu mengambil pupuk langsung membayar”, cetus Rizki.
Karena sudah ada kesempatan bersama, dan masyarakat naik di atas mobil damtruk untuk mengambil pupuk, tiba-tiba aparat kepolisian melakukan penembakan kearah udara sebanyak dua kali. Masyarakat panik dan terjadilah bentrok masyarakat tani dengan aparat kepolisian.
“Penembakan dua kali kearah udara murni diduga provokasi, kenapa dilakukan penembakan kearah udara pada hal sudah ada hasil kesepakatan bersama baik pihak kepolisian, pengecer dan masyarakat. Ini diduga merupakan jebakan yang dilakukan oleh pihak kepolisian karena mereka punya target untuk menangkap warga”, pungkas Rizki.
Dikatakan Rizki, kenapa setiap masyarakat tani yang melakukan aksi demontrasi harus ada korban jiwa. Masyarakat tani kemarin melakukan aksi demontarsi di kantor bupati Bima bentrok dengan pihak kepolisian.
“Kapolres Bima harus dicopot, saya minta kepada Kapolda Ntb agar segera mencopot Kapolres Bima dengan Kabag OPS nya karena sering arogansi dalam menangani masa aksi”, ujarnya.
Belum ada prestasi satupun yang diukir oleh kapolres Bima, ini menjadi catatan penting bahwa Polres Bima harus diganti.
“Saya minta Kapolda Ntb segera copot Kapolres Bima bersmaa Kabag OPS, karena saya menilai mereka tidak humanis terhadap masyarakat. Dan saya minta segera tangkap oknum yang melakukan penembakan terhadap anak yatim jika pelaku tidak ditangkap ini akan menjadi masalah yang baru”, tutup Rizki.
Narasumber : Syf-14.Barometer99
Editor Red : Liesna Ega 💻. Pewarta : Syarif 89.