Suaramediaindonesia.com – Sabtu, 5 Juni 2021.
Manokwari, Papua Barat – Paska pembekalan materi Capacity Building & Strategic Mass Communication kepada para perwira pertama dan para anggota satuan Babinsa di wilayah Kodim 1801/ Manokwari dalam acara Binsiap Apwil dan Puanter, tim bembekalan materi mengunjungi langsung salah satu lokasi di Manokwari. Tepatnya ke pulau Mansinam Distrik Manokwari Barat Papua Barat,Sabtu (5-6-2021).
Dalam kesempatan kunjungan siang tadi Dr. Heri Kuswara berkesempatan langsung bertemu dengan salah seorang anggota satuan Babinsa yang setia menjaga pulau tersebut. Pria paruh baya itu bernama Serda Nikson Fakfawer. Dalam kesempatan wawancaranya Dr. Heri menjelaskan bahwa ternyata Babinsa dari Koramil 1801-01/ Manokwari tersebut telah berhasil melakukan giat teritorial dan komunikasi sosial kepada masyarakat setempat di pulau yang kurang lebih berjumlah 800 jiwa itu.
“Pak Nikson sangat luar biasa, siang malam dirinya tak pernah lelah melayani masyarakat sekitar. Dari masalah rutin keseharian, meredam konflik masyarakat pesisir dengan pendekatan tali kasih dan kerohanian, maupun dirinya tak segan ikut membantu membangun insfrastruktur serta menjaga kelestarian dilingkungan yang dianggap pusatnya religi umat Kristen Papua di wilayah tersebut.” Terang Heri.
Bahkan menurut Heri, berdasarkan penjelasan Bapak Nikson, dirinya juga kerap melayani dan menjembatani para pengunjung dengan tentunya melihat sekaligus mengidentifikasi maksud dan tujuan pengunjung yang datang. Dengan sigap pak Nikson akan langsung melakukan koordinasi kepada satuan koramil 1801-01/mkw ketika mendapati adanya pengunjung yang bertendensi tidak baik di wilayah tersebut yang nantinya bisa berdampak pada kenyamanan dan keamanan masyarakat setempat.
Sebaliknya bapak Nikson akan berupaya maksimal mendampingi pengunjung, memfasilitasi tempat, hingga membantu menjelaskan mengenai karakteristik masyarakat di pulau Mansinam dengan sangat bersahabat dan ramah. Termasuk salah satunya adalah menjembatani kepedulian Fakultas Kehutanan Universitas Papua (UNIPA) ketika melakukan bhakti sosial membersihkan lingkungan dari sampah-sampah yang berada di sekitar pulau.
“Pak Nikson begitu proaktif dalam berkomunikasi memberikan penjelasan kepada pihak mahasiswa dan para dosen, mengawal proses kegiatan dari awal hingga akhir, hingga mengatur pulang pergi perjalanan rombongan sambil membawa sampah ke pelabuhan terdekat.” Ujar Heri.
Disisi lain, salah seorang dosen UNIPA Jimmy F. Wanma, S.Hut, M.APP.Sc yang juga hadir dalam kegiatan tersebut, mengapresiasi apa yang dilakukan para Babinsa di Pulau Mansinam. Salah satunya adalah Serda Nikson ini. Menurutnya, kegiatan bakti sosial dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup Sedunia di pulau ini, sangat direspons positif oleh para Babinsa. Dalam arti para Babinsa seperti sudah sangat paham bagaimana cara melakukan komunikasi sosial.
Baik ketika memberikan pemahaman kepada masyarakat, maupun ketika dirinya banyak ditanya oleh para mahasiswa/I UNIPA yang notabene terkenal kritis terhadap peran, tugas dan kegiatan teritorial TNI.
“Serda Nikson dengan bijaksana selalu menjelaskan dan mengajak mahasiswa untuk selalu bersinergi, sambil sedikit-sedikit menyinggung mengenai peran mahasiswa yang harus dengan semangat membangun tanah Papua dan mendukung program-program pemerintah. Karena peran dan tanggung jawab Babinsa di pulau ini, dirinya mengucapkan apresiasi yang positif kepada institusi TNI, khususnya kepada anggota dari Kodim 1801/ Manokwari.
“Kami berterima kasih kepada Babinsa disini, yang dengan ikhlas dan tulus membantu kami, sehingga kegiatan kami berjalan dengan lancar.” Ungkap wakil Dekan III UNIPA itu.
Menyaksikan fakta tersebut, Dr. Heri Kuswara optimis, bahwa sebenarnya sinergi anggota satuan koramil Babinsa sebagai garda terdepan dalam giat pembinaan teritorial wilayahnya, bisa terus dikembangkan. Terpenting menurutnya adalah disetiap sanubari para babinsa tertanam sense of belonging (rasa memiliki) terhadap kepedulian bersama antara masyarakat dan TNI dalam menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Diakhir kunjungannya, Dr. Heri juga berkesempatan untuk mengunjungi sisi-sisi lain di pulau Mansinam yang menurutnya memiliki potensi besar untuk mendorong sektor pariwisata.
Khususnya sektor wisata religi bagi ummat kristiani dan masyarakat umum. Menurutnya keistimewaan pulau yang berjarak sekitar 6 kilometer dari pusat kota Manokwari ini memang bukan terletak pada panorama alamnya. Mansinam adalah saksi sejarah dimana sebuah peradaban baru yang dilakukan oleh para misionaris dimulai di pulau ini, Manokwari, dan pada akhirnya menyebar hingga ke seluruh daratan Papua.
Banyak peninggalan bersejarah yang dapat ditemui di Pulau Mansinam. Dimulai dari sebuah salib tugu peringatan masuknya Injil di tanah Papua yang berdiri begitu indah dan mempunyai prasasti bertuliskan bahasa Jerman dengan penjelasan bahwa Ottouw-Geissler adalah misionaris pertama yang tiba di Mansinam pada tanggal 5 Februari 1855. Dahulu. Untuk diketahui bahwa tugu ini sempat lama sekali tidak terawat dan begitu memprihatinkan, hingga pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia menginstruksikan untuk merenovasi tugu ini menjadi sebuah monumen yang megah. Hal ini ditujukan agar Mansinam selalu diingat sebagai tempat berkembangnya peradaban modern di Papua untuk pertama kalinya.
Selain monumen yang begitu fenomenal, sisa bangunan gereja yang dulu pertama dibangun oleh Ottouw-Geissler pun masih dapat dilihat. Memang saat ini hanya tinggal pondasinya saja, tetapi sudah cukup untuk menjadi pengingat betapa gigihnya perjuangan kedua misionaris ini dalam mengenalkan dunia modern kepada penduduk lokal pada saat itu. Di samping gereja, terdapat sebuah sumur tua yang dulu dibuat oleh Ottouw-Geissler sebagai sumber air yang berguna bagi seluruh penduduk pulau. Hebatnya, sumur tua itu masih tetap digunakan hingga kini dan menjadi saksi penting dari sejarah peradaban di pulau Mansinam. Ada satu lagi obyek yang sangat menarik untuk disaksikan di Pulau Mansinam. Bila sedikit menelusuri jalan yang mengular ke arah bukit, maka sebuah Patung Yesus Kristus dalam ukuran raksasa akan terlihat.
Patung ini adalah sebuah gagasan positif dari pemerintah Indonesia yang menjadi bentuk penghargaan terhadap sejarah peradaban Papua di Mansinam. Patung ini sekilas mirip patung Yesus yang berada di Rio de Janeiro, Brazil, tetapi dalam ukuran yang sedikit lebih kecil. Obyek ini baru saja selesai pada tahun 2014 dan berdiri sangat megah serta penuh wibawa. Dengan tangan yang terbuka, Yesus Kristus tampak penuh kasih menerima siapapun yang berkunjung ke Mansinam.
Narasumber Pewarta : One 007,Papua Barat. Editors Red SMI: Liesna Ega.