Yuliastri, S. Pd.
(Guru SMPN 1 Padalarang)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 20 Tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah pada dimensi pengetahuan tercantum bahwa setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah dituntut untuk mampu mengaitkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. Untuk mencapai standar tersebut, setidaknya peserta didik harus mencapai level memahami pada setiap materi yang didapat pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator pembelajaran sudah seharusnya melaksanakan pembelajaran yang dapat mengeksplorasi ide-ide dan pemikiran peserta didik agar pemahaman yang didapat peserta didik tidak hanya bertahan sementara karena pemahaman konsep yang didapat berdasarkan pemahaman yang mereka bangun berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka pahami sebelumnya.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk membangun pemahaman konsep peserta didik, salah satunya menggunakan strategi pembelajaran Metaconceptual Teaching Activity. Istilah “metakonseptual’ merupakan bagian dari metakognitif yang merujuk pada pengetahuan dan proses metakognitif yang berkaitan dengan sistem konseptual seseorang. Hewson (dalam Yuruk, 2005) menyatakan bahwa kegiatan mengomentari, membandingkan dan membedakan penjelasan, mempertimbangkan argumen untuk mendukung atau menyangkal penjelasan orang lain, dan memilih satu penjelasan yang mungkin termasuk kedalam kegiatan Metaconceptual Teaching Activity yang dapat membantu peserta didik untuk membangun dan merekonstruksi pemahaman konsep mereka dengan mengaitkan konsep yang baru didapat dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan dan proses metakonseptual seseorang diklasifikasikan menjadi empat komponen, yaitu: 1) pengetahuan metakonseptual; 2) kesadaran metakonseptual; 3) pemantauan/monitoring metakonseptual; dan 4) evaluasi metakonseptual. Pengetahuan metakonseptual berkaitan dengan konsep yang dipelajari oleh peserta didik dan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk memahami konsep tersebut. Kesadaran metakonseptual berkaitan dengan kesadaran peserta didik akan konsep tersebut, kadang kala peserta didik tidak meyakini dan memahami secara betul mengenai materi atau konsep yang telah mereka dapatkan dari pembelajaran. Kesadaran metakonseptual merupakan keyakinan peserta didik akan pemahaman konsep yang telah mereka pelajari. Monitoring konseptual melibatkan eyakinan peserta didik terhadapp konsep yang telah mereka pelajari ketika mereka mempelajari konsep yang baru. Evaluasi metakonseptual terjadi ketika peserta didik menilai keyakinan akan pemahaman konsep yang telah dipelajari ketika telah dikaitkan dengan konsep yang baru.
Terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang mendukung penerapan strategi Metaconceptual Teaching Activity, tentunya kegiatan pembelajaran ini merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat membangun semangat belajar peserta didik dan peserta didik dapat mengeksplor dan merekonstruksi pemahaman dan keyakinan peserta didik terhadap konsep-konsep yang telah mereka pelajari dan konsep baru yang didapatkan. beberapa kegiatan tersebut adalah Journal Writing (Penulisan jurnal belajar), Poster Drawing (Menggambar Poster), Group Debate (Debat Grup), Group/Class Discussion (Diskusi Kelompok/Kelas), Concept Mapping (Peta Konsep).
Journal Writing (Penulisan jurnal belajar) bagi peserta didik dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk menuangkan ide-ide atau pemahaman konsep mereka. Dengan penulisan jurnal belajar peserta didik dapat dilibatkan langsung dalam komponen-komponen metakonseptual. Melalui kegiatan menulis jurnal belajar, peserta didik dapat menuliskan referensi konsep-konsep yang telah mereka pelajari, membangun kesadaran mereka akan konsep yang telah dipelajari, memeriksa alasan mereka meyakini suatu konsep, dan menilai validitas konsep yang telah mereka pelajari dan konsep baru yang mereka dapatkan. Dengan penulisan jurnal belajar, peserta didik yang enggan atau kesulitan untuk mengomunikasikan gagasannya memungkinkan untuk membagikan informasi terkait gagasan yang ada dalam pikiran mereka.
Poster Drawing (Menggambar Poster) membutuhkan kesadaran metakonseptual dan monitoring metakonseptual. Untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep yang dialami oleh peserta didik, maka kegiatan menggambar poster dilakukan dua kali, yaitu sebelum melakukan pembelajaran dan setelah melakukan pembelajaran. Sebelum peserta didik menggambar poster terkait suatu konsep, tentunya peserta didik harus menyadari dan meyakini akan pemahamannya terdapat konsep tersebut. Untuk memonitor pemahaman peserta didik maka dilakukan kegiatan menggambar poster setelah berlangsungnya pembelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk membandingkan hasil poster mereka sebelum dan sesudah pembelajaran. Dengan demikian maka peserta didik dapat membnagun pemahaman konsep mereka sendiri dan menyadari akan kesalahan pemahamannya jika terjadi miskonsepsi pada suatu konsep.
Group Debate (Debat Grup) dilakukan dengan tujuan membantu peserta didik menyadari dan mengevaluasi pemahaman atau gagasan mereka terhadap suatu konsep ketika mereka dihadapkan dengan gagasan lain yang bertentangan dengan pemahaman mereka. Dalam kegiatan ini guru berperan untuk menyediakan suatu fenomena dan beberapa alternatif konsep yang berkaitan dengan fenomena tersebut. kemudian peserta didik diperbolehkan untuk memilih konsep yang menurut mereka paling sesuai untuk menjelaskan fenomena yang disajikan oleh guru dengan mengajukan argumen-argumen penguat terhadap konsep ang mereka pilih.
Group/Class Discussion (Diskusi Kelompok/Kelas) bertujuan untuk membawa beragam pemahaman terkait suatu konsep. setiap peserta didik yang memiliki pemahaman yang berbeda diminta untuk menjelaskan pemahamannya masing-masing kemudian didiskusikan untuk mengetahui pemahaman yang yang benar sesuai dengan teori atau konsep yang ada.
Concept Mapping (Peta Konsep) dilakukan untuk membantu peserta didik membangun hubungan akan konsep-konsep yang ada. pada kegiatan ini guru memberikan beberapa konsep utama dan peserta didik diminta untuk membuat hubungan akan konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Misalnya pada materi gaya dan gerak, guru memberikan beberapa konsep utama seperti , kelajuan konstan, jarak, waktu tempuh, percepatan dan perlambatan, kemudian peserta didik diminta untuk menyusun konsep-konsep tersebut menjadi sebuah peta. Peta terseut harus dapat merepresentasikan hubungan dari konsep-konsep yang telah disusun tersebut. Dengan ini, peserta didik mengalami kesadaran dan monitoring metakonseptual secara bersamaan.
Kegiatan-kegiatan Metaconceptual Teaching Activity tersebut merupakan kegiatan yang dapat diterapkan dengan mudah pada hampir semua mata pelajaran. Sehingga harapan penulis, kemampuan peserta didik dalam memahami konsep yang diajarkan dapat meningkat untuk memenuhi standar kopetensi lulusan yang tercantum dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2016.
Sumber:
Kemendikbud. (2016). Permendikbud RI No.20 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Yuruk, N., Beeth, M., & Andersen. C. (2009). Analyzing the Effect of Metaconceptual Teaching Practices on Students’ Understanding of Force and Motion Concepts. Research in Science Education, 39 (4), 449-475.
Penulis merupakan salah satu pengajar IPA di SMPN 1 Padalarang. –Pewarta: Dadang A. Sapardan- Editor Redaksi: Liesna Ega